Kamis, 25 Maret 2010

guru profesional

SUDAHKAH KAMU MENJADI GURU YANG PROFESIONAL?

Tahukah kamu apa yang disebut dengan profesional itu? Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.( Dr.Nana Sudjana, 1988). Dengan bertitik tolak pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus dalam bidang-bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya, (Agus F. Tamyong).
Sosok Guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para Gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga memberikan yang terbaik untuk anak negeri dimasa datang. Dengan demikian, sebagai tenaga pendidik sudah sewajarnya menanggung keberhasilan out put pendidikan. Akan tetapi kenapa, sampai sekarang masih banyak guru sebagai sosok pendidik yang masih belum paham bagaimana seharusnya menjadi guru yang professional?
Menjadi guru tidaklah mudah, karena keberhasilan generasi bangsa dalam membaca perkembangan zaman dan kemajuan teknologi ada ditangan guru. Tahukah kamu sampai hari ini masih banyak pendidikan yang menjadi momok bagi peserta didik, karena apa? Karena disebabkan tidak relevannya antara metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengevaluasian hasil belajarnya. Masih banyak pendidik yang tidak bisa melakukan evaluasi dengan baik, ini bisa dilihat dari nilai hasil ujian semester dimana disaat proses belajar berlangsung banyak peserta didik yang aktif dan kreatif sehingga terwujud pembelajaran yang efektif dan inovatif. Akan tetapi di akhir penilaian terkadang ada siswa yang mendapat nilai yang lebih rendah dari siswa yang hanya biasa pasif di kelas. Banyak siswa yang bertanya-tanya apa yang membuat nilainya lebih rendah dari siswa yang hanya pasif di dalam kelas?
Dari sini perlu kita ketahui bersama bahwasannya seorang guru mempunyai tanggung jawab yang besar dan sangat diharapkan keprofesionalannya.

1. Lingkaran Tugas Guru dalam Pembelajaran
Perlu kita ketahui mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sukar untuk menentukan bagaimanakah sebenarnya mengajar yang baik. Ada guru yang mengajar baik di Taman Kanak-Kanak akan tetapi manemui kegagalan di kelas-kelas tinggi SD atau MI, dan sebaliknya ada Guru besar yang mengajar kepada mahasiswa akan tetapi tidak sanggup menghadapi murid-murid di kelas rendah rendah SD.
Walaupun demikian diberikan beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua Guru yang baik, adalah:
1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.
Mengajar adalah hubungan antar- manusia . Guru sebagai manusia menghadapi murid sebagai manusia pula dan bukan sebagai tong kosong atau sebagai makhluk yang lebih rendah dari dirinya. Anak adalah manusia penuh yang berhak atas perlakuan hormat dari Guru, agar kelak menjadi warga Negara dewasa yang dihormati dan menghormati orang lain. Guru yang otoriter dan bersifat diktator biasanya memerintah anak dan tidak menghormati atau mengakui kesanggupannya untuk berfikir dan mengambil keputusannya sendiri. Sedangkan Guru yang demokratis akan lebih banyak membicarakan dan mempertimbangkan sesuatu dengan anak.
2. Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.
Seorang Guru harus menguasai bahan pelajaran itu sepenuhnya jangan hanya mengenal isi buku pelajaran itu saja, melainkan juga menyukainya serta mengetahui pemakaian dan manfaatannya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya.
3. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
Dalam penyampaian pelajaran banyk macamnya metode-metode yang digunakan oleh para guru. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus bisa memilih metode yang tepat dalam menyampaikan pelajarannya.
4. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.
Kesanggupan anak-anak dalam berbagai hal berbeda-beda. Biasaya guru mencoba menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan rata-rata didalam kelas itu, sehingga perkembangan anak-anak akan seimbang antara anak yang pandai dan yang kurang pandai. Olek karena itu, menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual, berarti bahwa yang harus diperhatikan bukan hanya anak-anak lambat, tetapi juga anak-anak yang pandai, sehingga anak berkembang sesuai dengan kecepatan dan bakat masing-masing.
5. Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar
“Learning by doing” kata Dewey. Sesuatu yang lebih berhasil kita pelajari dan kita melakukannya, apakah itu menari, menulis, main bulu tangkis, kewarganegaraan, matematika dan sebagainya. Hasil pelajaran membaca akan lebih baik lagi kalau kita mendiskusikannya dengan teman-teman lain. Karena, dengan kita berdiskusi maka akan keluar ilmu-ilmu baru karena adanya saling bertukar pikiran dan sebagainya.

6. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka.
Salah satu penyakit yang terbesar disekolah adalah verbalisme, yakni anak mengenal kata-kata akan tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran diluar kepala, akan tetapi tidak memahami isinya. Kata-kata hanya ssebagai lambing untuk sesuatu dan hanya berguna bila diketahui isi atau artinya. Isi diperoleh antara lain dari benda itu sendiri, yakni berkat pengalaman dengan benda itu, jadi urutannya adalah: benda – pengertian – kata-kata. Kalau hanya kita beri kata-katanya, maka kita lampaui dua kangkah,. Tetapi jangan pula kita tidak penting, karena pengalaman apapun yang diberikan kepada anak, akhirnya dirumuskan dengan kata-kata.
7. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
Dapat kita terima bahwa cara yang sebaik-baiknya ialah kalau anak itu belajarnya karena dorongan dari diri sendiri karena keyakinan akan faedah suatu pelajaran baginya. Ini hanya mungkin kalau pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan yang anak. Contoh anak akan lebih rajin membaca kalau ia mengetahui, bahwa dengan kecakapan membaca ia dapat mengetahui isi macam-macam buku, majalah dan sebagainya.
8. Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya.
Ada tujuan jangka panjang, yakni yang diteapkan oleh Negara dalam Undang-Undang pokok pendidikan yang harus selalu terbayang di depan guru. Pendidikan mempunyai tujuan dengan pendidikan ini kita ingin “membentuk” manusia tetentu yang dapat menyumbangkan tenaga yang sebaik-baiknya untuk kebahagiaan sesamanya dan negaranya. Membawa anak-anak kearah tujuan umum itu termasuk tanggung jawab guru sebagai pendidik. Dengan mendidik anak serupa itu dapat dicapai sekaligus akan tetapi harus melalui langkah-langkah tertentu yakni tujuan khusus. Setiap pelajaran turut mencapai tujuan khusus ini. Makin jelas tujuan itu makin bermanfaat pula pelajaran itu. Pelajaran itu bukanlah tujuan akan tetapi alat guna dicita-citakan oleh bangsa dan Negara.

9. Guru Jangan terikat oleh satu buku pelajaran (tex book).
Tujuan mengajar bukanlah mengusahakan agar murid-murid menguasai suatu texbook. Textbook bersifat umum dan harus lagi disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak di kelas tertentu di daerah dan tempat tertentu. Texbook mengikat pribadi guru dan mengekang kebebasannya untuk mencari bahan-bahan dan metode lain yang dianggapnya lebih baik.
Guru yang baik (professional) mengenal kelemahan-kelemahan textbook dan sanggup melepaskan diri dari kekuasaan dan belenggu textbook itu dengan mencari bahan bacaan lain. Untuk itu seorang guru yang professional harus bisa menilai buku pelajaran dan sanggup melepaskan diri dari kekuasaan buku itu.
10. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.
Terlampau sering dianggap, bahwa sekolah itu gudang ilmu. Guru memberi ilmu dan anak ke sekolah untuk menjadi pandai, artinya memikli banyak pengetahuan. Tak ada keberatan, siapapun anak itu, menerima pendidikan intelektual. Akan tetapi yang tidak disetujui adalah bila kita semata-mata memberi pendidikan intelektual dengan mengaburkan segi-segi lainnya. Ini menimbulkan bahaya intelektualisme. Untuk memperoleh pendidikan yang harmonis kita harus memperhatikan aspek-aspek sosial, emosional, estetis, dan etis. Anak harus belajar dapat hidup dalam masyarakat gotong royong dan harus bekerja sama dengan orang lain yang berlainan dengan dirinya tentang pendirian, agama, suku, bangsa, jenis kelamin, dan sebagainya.
Diatas telah disebutkan sepuluh syarat bagi guru yang baik. Masing-masing dapat menambahkan dengan sejumlah syarat-syarat yang lain, menurut pendapat masing-masing tentang guru yang dicita-citakan. Dengan adanya bebagai macam metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang dipakai oleh para guru maka akan lebih mudah tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, kita sebagai calon pendidik perlu kita pahami etika profesional guru khususnya guru MI. kita harus bisa mengetahui kebutuhan peserta didik dan kita bisa mengembangkan bakat peserta didik tersebut.
Seorang guru itu haruslah menyiapkan rancangan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar menyenangkan. Untuk menjadikan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak menjadi momok dalam belajar, dengan kata lain yaitu Pendidikan Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot (PAIKEM GEMBROT). Apabila seorang guru sudah bisa melakukan metode pembelajaran yang seperti itu sudah pastilah siswa lebih rileks dan lebih semangat dalam mempelajari materi-materi dan memahami materi-materi tersebut. Untuk itu kita sebagai seorang pendidik haruslah tahu akan bedanya profesional dan profesi. Sehingga apabila kita tahu pebedaan itu kita pasti akan tahu apa tanggung jawab sebagai guru dan apa saja yang harus dilakukan dalam mensukseskan pendidikan dalam Negeri ini. Jangan menjadi guru yang hanya mengharapkan tunjangan dari Pemerintah dan mengisi absen hanya sekedar syarat mendapatkan gaji saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar