Jumat, 12 November 2010

APLIKASI METODE MONTESSORI

A. Pendahuluan
Montessori adalah salah satu tokoh yang menjadi referensi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Tahun 1896, wanita yang lahir (1870) di Chiaravile, Italia ini menjadi Doktor wanita pertama yang mendapat gelar Doctor of Medicine.
Sebagai seorang dokter Montessori juga tertarik pada anak. Saat bekerja sebagai asisten klinik psikiatri di Universitas Roma dan bergaul dengan para perempuan dan anak ia menghadapi murid idiot, yang memiliki otak yang lemah, karena mereka tidak berfungsi baik di sekolah maupun di keluarganya, mereka dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa bersama para kriminal, hal ini menjadikannya sangat peka terhadap nasib anak-anak yang terkurung tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak mendapat stimulasi sensori apapun. Ketika mereka diambilkan makanan, mereka akan bertiarap di lantai mencari remah-remah. Terpikir olehnya bahwa harus ada usaha yang berbeda untuk merubah prilaku mereka, ia kemudian mencoba belajar tentang dunia di sekitar mereka. Dari pekerjaanya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyandang cacat mental, Montessori banyak menemukan ide dan gagasan untuk pendidikan anak normal.
Karya dan pemikirannya menjadi sumbangan yang sangat berharga, beberapa karyanya antara lain: Beberapa karya yang telah disumbangkan Montessori adalah: Il metodo della pedagogia scientifica (1909), Antropologia pedagogica (1910), Dr. Montessoris own handbook, 1914, L'autoeducazione nelle scuole elementarii (1916), The child in the church (1929), Il segreto dell'infanzia (1938), Formazione dell'Uomo (1949), The absorbent mind (1949; Bahasa Italia: La mente del bambino, 1952), L'Educazione e Pace (1949; 1972) dan De l'Enfant à l'Adolescent (1948).
Makalah ini dibuat untuk mengetahui aplikasi metode Montessori dengan menggunakan rujukan utama buku Montessori: Play and Learn; A Parent’s Guide to Purposeful Play From Two to Six, yang ditulis oleh Lesley Britton. Selain itu penulis juga menggunakan beberapa sumber sekunder untuk lebih memahami metode tersebut dan mencari padanannya dalam beberapa literatur Islam.

B. Memahami Karakter Anak
Pemikran Montessori sering dianggap pemikiran yang melampaui zamannya, sebelum memahami lebih jauh mengenai metode Montessori ada beberapa ide utama dari Montessori yang harus diperhatikan, yakni:
1. Untuk memfasilitasi perkembangan kepribadian yang unik dari anak
2. Untuk membantu bersosialisasi, menyesuaikan diri dengan baik secara emosional dan tumbuh sebagai anak yang kuat dan bahagia secara fisik.
3. Untuk membantu perkembangan kapasitas intelektual anak secara utuh.
Agar anak berkembang secara normal pada tahap perkembangan kedua di usia 6-12 tahun, maka ia harus berkembang dengan baik pada tahap sebelumnya, di 0-6 tahun. Cacat karakter yang dialami anak adalah akibat yang ditimbulkan dari kesalahan perlakuan yang dialami anak di awal-awal tahun kehidupannya. Karenanya orangtua dan guru sangat perlu memperhatikan karakter kepribadian anak yang tentu berbeda antara satu dengan lainnya.
C. Mengembangkan Kepribadian
Ide Montessori dikenal sebagai pembelajaran terpadu dan mempercayai bahwa pemahaman terbentuk dengan kontruksi anak, kreatifitas personal, partisipasi aktif dengan lingkungan dan aktualisasi diri. Dia mengidentifikasi beberapa perbedaan tahap-tahap perkembangan dan percaya bahwa kedewasaan seseorang tergantung dari kemajuan melalui setiap tahap yang memuaskan. Tahap tersebut ialah:
1. Selama tahap pertama (masa kanak-kanak), anak perlu dibuat untuk merasa aman dan menjalin hubungan yang menyenagkan dengan orangtua, pengasuh atau ibu penggantinya, oleh karena itu kebutuhan fisiknya harus dipenuhi.
2. Pada tahap berikutnya, anak perlu mengembangkan kebebasan. Dia selalu membutuhkan orangtua, khususnya ketika ia berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri, karena jika dia-terlalu sering mengalami kegagalan, ia akan kehilangan kepercayaan diri dan mulai meragukan kemampuan dirinya sendiri. Montessori yakin bahwa pada usia 3 tahun, seorang anak telah meletakkan dasar-dasar kepribadiannya.
3. Pada tahap akhir berlangsung dari usia 3-6, sesuai dengan ”fase-dari pikiran yang mudah menyerap”, kepribadian anak akan menjadi lunak cukup untuk menjadi ”normal”, ini berarti bahwa dengan berhati-hati dan penanganan yang simpatik, ia akan menjadi dirinya sendiri dan dan akan tampak bahagia dan bermakna dalam dunianya.
Montessori memandang perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia juga memahami pendidikan sebagai aktivitas diri, mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarahan diri. Tiga tahap ketaatan yang membawa anak kepada disiplin diri.
1. Tahap Pertama: 0 - 18 Bulan
Pada tahap ini anak belum mengerti tentang konsep ketaatan, namun anak sudah bisa diajarkan untuk konsisten dan sensitif untuk membina hubungan antara orangtua dan anak, yang penting adalah pemenuhan semua kebutuhan Anda dengan tenang dan penuh kasih.
2. Tahap Kedua: 18 bulan- 4 Tahun
Periode ini adalah masa transisi terkadang anak terlihat taat namun juga bisa sebaliknya, tergantung pada seberapa banyak anak mengerti. Kunci untuk periode ini adalah menciptakan suatu lingkungan yang kondusif sehingga ia dapat mengeksplorasi secara bebas tanpa harus terus-menerus mendengarkan kata ”tidak” dari orangtuanya. Untuk itu seyogyanya orangtua harus selalu meluangkan waktunya untuk menjelaskan segala sesuatu, supaya anak memiliki pemahaman untuk tumbuh, dan menghindari marah pada anak. Anak akan sangat peka untuk meminta, sehingga penting untuk membentuk rutinitas yang memberikan keamanan.
3. Tahap Tiga: 4 - 6 Tahun
Pemahaman anak meningkat pada periode ini, ia akan mengatakan keinginannya dan memahami apa yang dikatakannya. yang penting pada tahap ini adalah memberikan dia waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Orangtua harus mengatur segala sesuatu sehingga tidak selalu harus bergegas membantu atau menghentikannya saat mengerjakan aktivitas seperti bermain atau sekedar cuci tangan. Kita tidak dapat mengharapkan seorang anak untuk belajar berkonsentrasi bila selalu menggangunya ditengah jalan. Penyelesaian tugas yang memuaskan merupakan bagian integral dari Metode Montessori untuk anak, inilah yang kemudian menjadi reward dalam dirinya sendiri dan mengarah ke kedisiplinan diri.
D. Peran Orangtua
Pada enam tahun anak memiliki karakteristik tersendiri, untuk itu ada beberapa aturan penting yang harus dimiliki orangtua:
1. Memungkinkan kebebasan dengan batasan yang telah ditentukan.
2. Menghormati karakter anak
3. Tidak memaksakan keinginan orangtua pada kepribadian anak.
Ada bebrapa peran orangtua yang paling penting, antara lain:
1. Peran Orangtua Dalam Proses Sosialisasi , yakni:
a. Jangan terlalu posessive pada anak karena akan menghambat minatnya untuk mengeksploitasi diri dan menemukan jati dirinya, anak yang over protected sangat cemas dan kurang orisinal dari temannya
b. Jangan menuntut anak terlalu tinggi, biarkan anak mencari orangtua saat ia butuh, bukan berarti orangtua harus mengurangi kehangatan pada anaknya atau tak memperdulikannya. Jika orangtua menunjukkan keinginan yang berlebihan maka anak akan mencari kasih sayang dari orang dewasa lain, seperti guru. Hal ini akan menyebabkan anak mungkin kurang percaya diri dan tidak mengembangkan kemampuan untuk berkonsentrasi dengan baik.
c. Jangan otoriter karena akan menyebabkan anak Anda untuk menjadi takut, bisa saja ia sementara terlihat patuh dan sopan. Padahal bukan ketaatan yang sebenarnya, ia melakukan apa yang diperintahkan untuk menghindari keributan. Dia akan menjadi baik atau berlawanan, memberontak, melawan, mengomel, menjadi agresif dan sulit diatur.
d. Jangan terlalu santai. Menjadi over-permissive, menghasilkan seorang anak yang cenderung menunjukkan perubahan suasana hati dari penuh percaya diri menjadi kurang percaya diri dan kesulitan mengembangkan pengendalian diri. Orangtua semestinya bersifat demokratis, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dan membiarkannya bebas untuk mengekspresikan ide-idenya dengan tetap memperhatikan kesiapan orangtua menghadapinya. Orangtua yang mendorong anaknya mengembangkan keterampilan dengan cara yang tepat dan rasa aman akan menjadikan anak mampu mengendalikan diri dan bahagia.
2. Peran Orangtua Dalam Mengembangkan Kapasitas Intelektual Anak
Secara umum definisi kecerdasan adalah kemampuan mempelajari keterampilan baru dan menggunakannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan budayanya. Karena setiap keterampilan memiliki nilai budaya, pandangan dan jenis kecerdasan yang berbeda, termasuk kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari fakta-fakta, kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk menggunakan informasi dengan cara yang kreatif.
Montessori menekankan beberapa cara penting bagi orang dewasa untu membantu anak-anak mengembangkan potensi itelektual secara penuh yang dapat disimpulkan praktis sebagai berikut:
a. Biarkan anak menjadi aktif, sehingga membuatnya belajar melalui eksplorasi indra terhadap dunia di sekelilingnya.
b. Kenali periode sensitif anak dan biarkan ia mengulang suatu aktivitas sampai ia menyempurnakannya.
c. Mengenali pentingnya motivasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap belajar anak.

Sesungguhnya anak bisa belajar dengan permainan sederhana yang mendidik, tidak perlu mahal. Orangtua bisa memanfaatkan barang-barang yang ada untuk permainan anak, misalnya tanpa disadari saat ia menumpuk panci dan menyortirnya, itu merupakan elemen penting pada pembelajaran matematika awal, atau ia bisa membongkarnya kembali untuk mengetahui volume sebagai elemen lain dalam matematika awal. Secara praktis orangtua dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Mendorong belajar secara mandiri.
Salah satu dari banyak manfaat dari metode Montessori adalah membentuk anak menjadi pembelajar independen. Cara mendorong anak belajar secara mandiri ini adalah dengan memungkinkan anak untuk melakukan kegiatan yang paling disukai dan menyelesaikannya, kemudian membiarkan ia menemukan sendiri kesalahannya. Orangtua seringkali tergoda untuk mengganggu dan memberi tahu anak bahwa ia telah melakukan kesalahan. Padahal jika orangtua membiasakan menunggu anak akan menemukan sendiri bagaimana cara melakukannya dengan benar. Kelas-kelas yang diajarkan Montessori memiliki apa yang disebut sebagai control of eror didalamnya yang berarti bahwa ada sesuatu yang memberikan anak petunjuk kepada jalan yang benar dalam melakukan kegiatan.
b. Orangtua bisa melakukannya di rumah.
Misalnya jika orangtua menginginkan anaknya dapat mengatur meja dengan benar, terlebih dahulu buatlah ia yakin memiliki jumlah pisau yang benar, hingga ia akan tahu bila ada pisau yang kurang, dan tahu dimana tempat untuk mengembalikan dan mencari di mana pisau yang hilang. Orangtua tidak perlu berkata ”Kamu salah!” agar ia terbiasa mendapatkan hal-hal benar yang dapat dilakukan oleh dirinya sendiri dan menjadi pelajar mandiri
c. Menjadi seorang model.
Anak akan memperoleh sebagian besar pembelajaran melalui menonton dan meniru orang dewasa atau anak-anak lain. Menyadari aspek pembelajaran ini, orangtua seharusnya mempertimbangkan dengan hati-hati cara berperilaku di depan anak. Sebagai contoh, anak yang sedang mengamati orangtua; agresif mungkin berpikir ini adalah normal dan bahwa tidak apa-apa apabila ia menjadi agresif juga. Di sisi lain, jika ia dibesarkan oleh orangtua yang selalu lembut dan ramah, dia cenderung meniru perilaku dan sadar mencoba untuk menirunya, selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang sangat lambat dan hati-hati sehingga ia dapat dengan mudah mencontoh orangtuany dan akhirnya belajar membuat keterampilan baru.
d. Bantulah anak Anda untuk belajar segala hal secara bertahap
Ketika bekerja dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus, Montessori mengamati bahwa lebih mudah bagi mereka untuk mengetahui jika ia mengajarkan suatu hal pada suatu waktu dan memastikan bahwa mereka telah mencapai tujuan pertama sebelum bergerak ke tahap berikutnya. Dia juga melakukan pendekatan ini dengan anak-anak normal dan menemukan bahwa hal ini juga dapat diterapkan pada mereka. Untuk menunjukan anak pada sesuatu yang baru, pastikan bahwa jangan terlalu cepat untuk memberi petunjuk, dan buatlah petunjuk kecil agar ia dapat mengatasi masalah secara nyaman dengan dan berhasil.
e. Bantu anak Anda mengembangkan konsentrasi.
Jika orangtua dapat membantu anak mengembangkan konsentrasi pada usia dini itu berarti akan memberikan keterampilan yang akan bermanfaat bagi persiapan sekolah. Montessori menyarankan cara agar orangtua dapat mengembangkan konsentrasi adalah dengan selalu memastikan bahwa aktivitas apapun yang diberikan kepadanya sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Anak-anak akan kehilangan minat ketika segala sesuatu terlihat terlalu sulit atau sebaliknya, terlalu mudah.
f. Mendorong sikap positif untuk belajar.
Jika orangtua memiliki sikap positif ketika ia berusaha untuk mempelajari sesuatu, ia akan termotivasi dan pada gilirannya ia akan menjadi positif juga.
g. Bantu dia mengembangkan keterampilan memori.
Ada beberapa jenis memori; ada anak yang dapat belajar lebih mudah dengan menghafal, ada juga memiliki visual yang baik, yang lain mungkin mempunyai pendengaran yang lebih baik, sementara ada juga yang mengingat dengan baik melalui gerakan. Montessori menyusun beberapa permainan untuk membantu visual dan memori auditori.
h. Mendorong pengembangan bahasa.
Montessori menulis banyak tentang pentingnya perkembangan bahasa selama enam tahun pertama kehidupan saat ia berada dalam periode sensitif. Beberapa penelitian telah menunjukan ketertarikan pada hubungan antara bahasa dan pembelajaran atau bahasa dan berpikir. Montessori termasuk pengagas teori yang menyatakan bahwa anak dilahirkan dengan kemampuan alami untuk berbahasa dan berkomunikasi, meingat keberadaanya sebagai manusia tentu memiliki struktur bawaan yang memungkinkan kita memahami suara dan kata-kata yang kita dengar. Sejak awal bayi sudah dapat berkomunikasi dengan orangtua terutama ibunya. Ia suka mendengar suara ibu, melihat wajah ibu dan memberi tanggapan dengan tersenyum. Yang harus dilakukan orangtua adalah mengajak anaknya berbicara, semakin orangtua terlibat dalam kegiatan bahasa dengan anak maka anak akan berbahasa lebih baik. Berbicara dengannya, memperlihatkan sesuatu, membacakannya cerita dapat membantu pendengarannya.
Sebagai orang tua, kita dituntut untuk bermain banyak peran dalam kehidupan anak. Pertama, Anda harus menciptakan lingkungan yang penuh kasih sehingga anak Anda tumbuh membentuk hubungan yang dekat dengan anggota keluarga. Hal ini akan membantu anak belajar memelihara hubungan dengan orang lain di luar keluarga. Kedua, orangtua harus memberikan perawatan harian untuk membuat anak yakin memiliki kehidupan yang sehat dan aman. Ketiga, membantu anak membentuk pribadi yang unik. Orangtua harus cukup fleksibel untuk tidak memaksakan kepribadiannya terhadap anak. Keempat adalah mendorong pengembangan kemerdekaan, mengizinkan kebebasan dengan batasan-batasan yang jelas untuk menunjukkan citra diri anak yang baik dan rasa aman. Kelima, Orangtua juga harus menciptakan lingkungan yang merangsang untuk belajar, dimulai sejak lahir dan terjadi paling mudah selama tahun-tahun awal. Keenam, Membantu anak membangun sebuah kehidupan batin yang kaya dan bermanfaat, dan terakhir ketujuh membantunya mengasimilasi budaya sendiri serta mengembangkan rasa hormat terhadap orang lain.
Berdasarkan bab Montessori Methode dalam buku Montessori: Play and Learn; A Parent’s Guide to Purposeful Play From Two to Six, ada beberapa hal yang jelas terlihat ditekankan dalam pemikiran Montessori, antara lain terkait dengan masalah:
1. Pentingnya memahami karakter dan tahap perkembangan anak
2. Memberikan kebebasan berekspresi yang disertai kesepakatan tentang batasan yang jelas
3. Mengajarkan anak tentang kepatuhan, kedisiplinan dan kemandirian
4. Memfasilitasi anak untuk belajar dan bermain sesuai tahap perkembangannya
5. Anak di usia 0-6 tahun berada dalam periode sensitif yang vital bagi perkembangan di kehidupan selanjutnya, karenanya pembelajaran keteladanan atau modeling sangat besar pengaruhnya bagi anak
Bila melihat beberapa poin di atas, sesungguhnya pemikiran Montessori tentang pendidikan anak tidak jauh berbeda dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam. Pendidikan keteladanan misalnya, Ulwan mengungkapkan keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak.
                 
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21).
Begitu pula dengan kedisiplinan, Mushthafa menyebutkan bahwa aturan, tata tertib dan disiplin merupakan unsur-unsur yang dapat menjadi penyebab keunggulan anak.
Bicara tentang konsep reward dan punishment, Montessori tidak saja meniadakan paksaan tetapi juga hukuman dan ganjaran, hal ini menurut Dewantara karena dikhawatirkan anak berbuat karena mencari upah atau karena takut akan hukuman, terkait dengan ini banyak pakar pendidikan yang berbeda pendapat. Al-Ghazali sebagaimana yang diungkap Budaiwi mengikuti manhaj Nabi saw yang suka memuji sahabatnya guna memotivasi mereka, menegaskan bahwa apabila anak menampilkan akhlak terpuji dan perbuatan baik, selayaknya ia dihargai dan dibalas dengan sesuatu yang menyenangkan serta dipuji di hadapan orang lain. Menurut penulis kedua pendapat ini tidak perlu dipertentangkan, Islam pun tentu tidak mengizinkan jika hal tersebut berdampak buruk bagi anak.
Salah satu yang menarik dalam konsep Montessori menurut KH Dewantara adalah gagasan tentang latihan panca indera, menyempurnakan pekerjaan mata, telinga, hidung, lidah, kulit penting untuk memajukan pikiran anak-anak. Dalam montessorischool atau kelas-kelas yang menggunakan metode Montessori, meskipun anak bersama-sama dalam satu ruangan, tetapi masing-masing anak mengerjakan pekerjaannya masing-masing, ada yang menulis, menggambar atau berhitung seraya bermain. Guru tidak boleh memaksa anak ia hanya boleh memancing anak agar tertarik dengan pekerjaan lain. Sujiono memberi gambaran yang lebih jelas bagaiman mengimplementasikan konsep Montessori. Berdasarkan teorinya, Montessori membebaskan anak belajar menurut tempo, cara dan materi yang dipilihnya sendiri sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya. Menurutnya anak tidak perlu bersaing dengan anak lain atau dihambat kemajuannya agar sesuai dengan kelompok. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa hanya dengan disiplin diri, seorang betul-betul bebas untuk belajar, bila anak-anak menguasai teknik dan materi belajar, bebas untuk berkreasi maka ia akan benar-benar menjadi imajinatif. Sebagai salah satu contoh, ketika mengajari anak membaca, bisa digantungkan kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya meletakkan kertas bertuliskan “jendela” tepat di bawah jendela, lama-lama anak akan melihat hubungan antara benda dan katanya.
Meskipun demikian metode Montessori juga tidak luput dari kritik karena tidak menekankan pada perkembangan bahasa dan sosial, program Montessori yang tradisional dianggap kurang menekankan pada pengembangan kreativitas, musik dan seni.
Terlepas dari pro dan kontra, Montessori berikut pemikirannya merupakan kontribusi besar bagi dunia pendidikan anak usia dini, bila dipadankan dengan ajaran Islam, banyak pemikiran Montessori yang sejalan dengan konsep pendidikan anak yang ditawarkan oleh Islam. Oleh karena itu metode Montessori dapat diaplikasikan dalam praktek pendidikan anak tanpa harus melanggar aturan ajaran yang ditetapkan Islam.


Penutup
Maria Montessori menekankan kemampuan menyerap anak di masa sensitif selama enam tahun pertama, karenanya peran orang tua tidak boleh diremehkan pada periode yang paling vital ini. Beberapa hal yang harus ditekankan adalah masalah pentingnya memahami karakter anak dan perkembangan anak, kedisiplinan, kepatuhan, kemandirian, bersikap demokratis, memberikan rasa nyaman dan menstimulus anak untuk belajar dan bermain.



















Daftar Pustaka

Britton, Lesley. Montessori: Play and Learn; A Parent’s Guide to Purposeful Play From Two to Six. New York: Crown Publisher, 1992.
Budaiwi, Ahmad Ali. Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya Bagi Pendidikan Anak. cet. ke-2. terj. Syihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Dewantara, K.H. Pendidikan. cet. ke-3. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004.
Montessori, Maria. Absorbent Mind. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Musthafa, Fuhaim. Manhaj Pendidikan Anak Muslim. terj. Abdillah dkk Jakarta: Mustaqiim, 2004.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra-Sekolah. cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Sujiono, Nurani Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2009.
Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak dalam Islam Jilid II. cet. ke-3. terj. Jamaludin Jakarta: Pustaka Amani, 2007.
Wikipedia Indonesia, “Maria Montessori” (http://id.wikipedia.org), dalam Google.co.id. diakses tanggal 21 Maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar